Rabu, 28 Desember 2011

LAPORAN RUMPUT LAUT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan.
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Menurut Bengen (2001) laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang.
Rumput laut (seaweed) secara biologi termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih dan biasanya menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya.
Rumput laut bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai bukanlah barang yang baru lagi. Mereka telah mengenal dan memanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan obat tradisional dan bahan makanan. Dengan demikian berarti rumput laut mempunyai suatu bahan yang dapat dimanfaatkan orang untuk kesehatannya. Dan dengan kemajuan teknologi dibidang penelitian rumput laut, maka pemafaatan rumput laut bagi manusia tidak terbatas pada aspek kesehatan, sudah menjalar kesegala bidang.

1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengamati, mempelajari komponen-komponen ekologi yang terdapat pada ekosistem rumput laut ( sea weed ).
2. Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui morfologi luar rumput laut.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masing-masing rumput laut yang ada dengan bantuan buku identifikasi.
4. Mahasiswa dapat membedakan dan menunjukkan berbagai jenis rumput laut berdasarkan spesiesnya.

1.3 Manfaat Praktikum
Setelah melakukan praktikum Botani Laut “Rumput laut ( sea weed )”, mahasiswa diharapkan telah dapat memahami dan menjelaskan morfologi dan anatomi organisme-organisme rumput laut ( sea weed ) serta mampu mengklasifikasi dalam susunan yang benar.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Rumput Laut
Dilihat dari bentuk tumbuhnya, Rumput laut ( sea weed ) atau alga tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tanaman ini mempunyai morfologi yang mirip walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanya thalus belaka. Bentuk thalus rumput laut ada bermacam-macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya. Thali ini ada yang tersusun uniseluler ( satu sel ) atau multi seluler (banyak sel). Percabangan thalus ada yang dichotomous (bercabang dua terus menerus), Pectinat (berderet searah pada salah satu thalus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thalus utama secara berselang-seling), ferticillat (cabangnya berpusat melingkari aksis / sumbu utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang.sifat substansi thali juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan (cartilaginous), berserabut (spongeous) dan sebagainya. Struktur anatomi thali untuk tiap jenis alga berbeda-beda, misalnya pada famili yang sama antara Eucheuma spinosun dengan Eucheuma cottoni, potongan thalus yang melintang mempunyai susunan sel yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini membantu dalam pengenalan berbagai jenis alga baik dalam mengidentifikasi jenis, genus, maupun famili. (Soedarto, 1990).
Untuk menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan hubungan filogenatik diantara klas secara khas, dipakai komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat, dan komposisi dinding sel. Kehadiran Fikobilin pada Cyanophyta dan Rhodophyta telah menimbilkan dugaan bahwa ada hubungan filogeni diantara kedua divisi ini. (Soedarto, 1990).
Pada hakikatnya alga tidak mempunyai akar,batang dan daun yang mempunyai fungsi seperti pada tumbuhan darat. Seluruh tubuh alga hanyalah terdiri dari thallus hanya saja beranekaragam untuk berbagai species. Substansinyapun beranekaragam ada yang lunak,keras mengandung kapur dan berserabut. Alga yang berkapur (calcareous) misalnya : Halimeda sp. Yang banyak ditemukan di terumbu karanng. (Nontji, 1993).
Alga yang terdapat di dasar laut banyak terdapat di sepanjang pantai, mulai dari zona pasut sampai sedalam sinar surya dapat ditembus. Di perairan yang jernih beberapa jenis alga mampu hidup sampai kedalaman lebih dari 150 meter. Biasanya alga ini sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur aatau berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kkoh untuk melekat. Alga banyak ditemukan di terumbu karang,cangkang moluska,potongan kayu dan sebagainya. Adapula yang apabila terlepas dari substrat dasar dapat hidup mengambang di permukaan karena mempunyai gelembung-gelembung gas senagai pelampung seperti pada Sargassum sp. (Nontji, 1993).
Selain tidak dapat dibedakan antara akar,batang dan daun bentuk dari thalus rumput laut ini bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat sepertikantong, rambut, dan sebagainya. Percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus-menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gellatinous), keras diliputi/mengandung zat kapur (calcareous) lunak seperti tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongious),dan sebagainya. (Aslan, 1991).
Pigmen yang terdapat dalam thallus rumput laut dapat digunakan dalam membedakan berbagai kelas seperti Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae, dan Cyanophyceae. Perbedaan warna thallus menimbulkan adanya ciri alga yang berbeda seperti algae hijau, algae coklat, algae merah, dan algae biru. (Aslan, 1991).
Menurut Nontji (1993), alga yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelas yakni Chlorophyceae (alga biru), Phaeophyceae (alga coklat), dan Rhodophyceae (alga merah). Tiap kelas memounyai ciri kandungan jenis pigmen yang tertentu. Alga yang mempunyai nilai ekonomis termasuk dalam ketiga golongan ini. (Nontji, 1993).
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada yang bercahaya. Pigmen-pigmen dari kromatophor menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Berdasarkan warna yang dimiliki masing-masing alga, tumbuhan berthalus ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu :
a. Alga merah (Rhodophyceae)
Warna alga merah ini sangat mencolok dan bercahaya. Alga ini merupakan benda-benda makroskopik yang indah dari jenis-jenis yang kecil sekali ukurannya. Memiliki pigmen fikobilin, yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru). Alga ini bersifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thali seperti : merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Pigmen dari kromatofor terdiri dari klorofil biasa bersama-sama dengan xantofil, karoten, dan sebagai tambahan fikoritrin dan fikosianin. Alga merah biasanya berukuran kecil dan bentuknya lebih beraneka ragam serta jumlahnya lebih banyak. Semua sel ganda yang paling sederhana adalah bentuk benang bercabang seperti Polysiphonia, yang bersama-sama dengan jenis alga yang lain dinamakan sebagai lumut laut. Alga merah yang memiliki ukuran yang paling panjang adalah kurang lebih 1-2 m. (Nybakken, 1992).
Alga ini memiliki persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch). Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragenan, porpiran dan furselaran. Contoh : Gracillaria, Gellidium, Eucheuma, Hypnea, Gigartina, dan Porpiran. (Nybakken, 1992).
Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk. Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia. Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thalus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thalus). Alat perekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.(Nybakken, 1992).
Contoh dari alga merah yaitu :
Eucheuma sp
Menurut Aslan (1991) ciri-ciri umumnya sebagai berikut :
 Thalli (kerngaka tubuh tanaman ) bulat silindris atau gepeng.
 Berwarna merah, merah coklat, hijau kuning, dan sebagainya.
 Bercabang selang-seling tidak teratur, di atau tricotomus.
 Memiliki benjolan (blunt nodule) dan duri-duri atau spines.
 Substansi thalli “gelatinous” dan atau “kartilagenous” (lunak seperti tulang rawan).

b. Alga coklat (Phaeophyceae)
Warna alga ini umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorifil a dan c, beta karoten, violasantin, dan fukosantin. Alga coklat ini hampir semuanya merupakan tumbuhan laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar yang diantaranya berukuran sangat besar. Alga coklat berupa tumbuh-tumbuhan bercabang berbentuk benang kecil yang halus (Ectocarpus), bertangkai pendek dan berthallus lebar (Copstaria, Alaria, dan Laminaria, bebeapa diantaranya mempunyai lebar 2 m ), bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia) dan dari Pasifik terdapatalga berukuran rakasadengan tangkai yang panjang dan daunnya seperti kulit yang panjang (Nereocystis, Pelagophycus, Macrocystis), berbentuk rantai seperti sosis yang kopong dan kasar, dan panjangnya 30 cm atau lebih (Nybakken, 1992).
Contoh dari alga coklat adalah :
Sargassum sp
Ciri-ciri umum dari genus ini menurut Bold dan Wynne (1991) sebagai berikut :
 Bentuk thallus umumnya silindris atau gepeng.
 Cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat.
 Bentuk daun melebar, lonjong atau seperti pedang.
 Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter.
 Warna thallus umumnya coklat.
Klasifikasi Sargassum sp menurut Bold dan Wynne (1985) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Phaeophyta
Class : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Species : Sargassum sp

c. Alga hijau (Chlorophyceae)
Alga hijau ( Chlorophyceae ) merupakan kelompok alga yang berwarna hijau rumput. Sel-selnya mengandung satu sampai beberapa buah kloroplas. Pigmen fotosintetik yang terdapat di dalam plastida terdiri dari klorofol a dan b yan jumlahnya sangat banyak sehingga menutupi pigmen lainnya yaitu karoten dan xantofil sehingga algae ini berwarna hijau. Contoh : Caulerpa sp. Codium sp, Halimeda sp. (Nybakken, 1992).
Algae kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapi bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa (sekat) atau tanpa sekat, dan berbentuk lembaran. (Romimohtarto, 2001).
Perkembangbiakan seksual sebagai berikut isi dari suatu sel biasa tumbuhan yang pipih dan berlapis dua membentuk sel kelamin yang disebut gamet berbulu getar dua. Setelah gamet lepas ke air mereka bersatu berpasangan dan melalui pembelahan sel berkembang menjadi tumbuhan baru yang dikenal dengan sporofit,tetapi biasanya melalui fase benang dulu.(Romimohtarto, 2001).
Perkembangbiakan dapat juga secara aseksual. Setiap sel biasa dari tumbuhan zoospore berbulu getar empat. Zoospora ini setelah dilepas tumbuh langsung menjadi gametofit yakni tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan gamet. Perkembangbiakan aseksual dapat pula terjadi dengan fragmentasi yang membentuk tumbuhan tak melekat.(Romimohtarto, 2001).
Sebaran alga hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas, khususnya di belahan bawah dari mintakat pasut,dan tepat di daerah bawah pasut sampai kejelukan 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat penyinaran matahari bagus. Alga dari kelas ini terdapat berlimpah di perairan hangat (tropik). Di laut kutub Utara, alga hijau ini lebih jarang ditemukan dan bentuknya kerdil. (Romimohtarto, 2001).
Contoh dari alga hijau adalah :
Halimeda sp
Genus ini mudah dikenali dari pola datar yang jelas, bagian atas berkulit kapur yang diselingi dengan ruas-ruas non calcareous yang fleksibel. Thallus dari Halimeda biasanya terikatdisubstrat berpasir secara massive, dengan holdfast yang berserabut. Permukaan terluar yang datar dari utricle memperlihatkan sebuah konfigurasi polygonal dari permukaan Thallus. Agaronite crystal telah ada untuk dikembangkan pada permukaan dinding dalam interutriculer, selama sekirar 36 jam. Akhirnya daerah tersebut menjadi terisi oleh sekumpulan aragonite crystal yang tersusun secara acak. (Bold dan Wynne, 1985).



Kasifikasi Halimeda sp menurut Bold dan Wynne (1985) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Family : Udoteaceae
Genus : Halimeda
Species : Halimeda sp
Sisa kapur yang terakumulasi dari Halilmeda menetap secara khusus untuk membantu pertumbuhan bertahap pada terumbu karang. Bukti dari pendapat ini datang dari studi penggalian dasr dari karang atoll Funafuti, yang memperlihatkan bahwa 20 m pertama dari sedimen terdiri dari 80-95% segmen-segmen Halimeda yang dikenali (Bold dan Wynne,1985). Halimeda menghasilkan kerak kapur (CaCO ), karenanya dapat memberi sumbangan yang sangat berarti di daerah tropik. Sendi-sendi dari jenis Halimeda ini tidak berkapur, karenanya lentur dan alga ini dapat bergerak-gerak dalam air jika air bergerak. (Romimohtarto, 2001).
2.2 Jenls-jenis, Sebaran, dan Manfaat Rumput Laut di Indonesia
Keanekaragaman jenis rumput laut di perairan Indonesia cukup tinggi tetapi pada saat mi baru dikenal lima jenis yang bernilai eksport tinggi, adalah Gelidium, Gelidiella, Hypnea, Eucheuma, dan Gracilaria. Dua jenis di antaranya sudah dibudidayakan dan berkembang di masyarakat, yaitu Eucheuma dan Gracilaria. Jenis-jenis numput taut secara ekonomi menjadi penting karena mengandung senyawa polisakarida. Rumput laut penghasil karaginan (karaginofit) dan penghasil agar (agarofit) termasuk kelas alga merah (Rhodophyceae) dan penghasil alginat (alginofit) dan kelas algae coklat (Phaeophyceae). Secara umum rumput laut yang tersebar luas di perairan Indonesia sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk makanan dan obat tradisional. (Romimohtarto, 2001).

2.3 Ciri Morfologi Rumput Laut
Rumput laut adalah tumbuhan ringkas. Menurut Trainor (1978), rumput laut merupakan kumpulan tumbuhan tidak bervaskular serta mempunyai pigmen klorofil a untuk menjalankan proses fotosintesis. Rumput laut mempunyai struktur vegetatif yang berbeda daripada tumbuhan tingkat tinggi. Struktur vegetatif rumput laut tidak dapat dibedakan antara daun, batang dan akar. Struktur yang tidak dapat dibedakan ini dikenali sebagai talus. Talus rumput laut adalah multisel dan terdiri dari bentuk serta ukuran yang berbeda. Talus bias dibedakan menjadi dua bentuk umum yaitu filamen dan sifon. Kedua bentuk talus ini akan bervariasi yang akan menghasilkan bentuk talus yang lebih kompleks. Ini termasuk juga filamen ringkas hingga kepada bentuk yang lebih besar yang dapat dibedakan antara kepada pelekap, stip dan lamina.
a. Ciri Filamen
Filamen terdiri dari sel yang disusun serta dipisahkan oleh dinding sepunya.Filamen dibagi menjadi dua jenis yaitu uniseriat dan multiseriat. Filamen uniseriat adalah sel-sel yang disusun dalam satu siri manakala filamen multiseriat pula sel-sel yang tersusun lebih daripada satu siri. Filamen diperoleh melalui proses pembagian sel yang akan menghasilkan percabangan. Melalui proses percabangan ini, dihasilkan empat jenis yaitu talus filamen bercabang mudah, heterotrik, parenkima dan pseudoparenkima.
b. Ciri Sifon
Ciri sifon boleh dilihat pada alga hijau yang mana pembesaran berlaku pada jasad tanpa menghasilkan dinding pemisah (septum) untuk membentuk jasad multinukleus. Sebaliknya, septum ini hanya didapati ketika pembentukan organ pembiakan. Contoh alga yang mempunyai ciri sifon ialah divisi Siphonales seperti Caulerpa dan Codium.
2.4 Pembiakan Rumput Laut
Rumput laut pada umumnya membiak dengan cara menghasilkan spora mikroskopik yang dihasilkan oleh organ pembiakan yang jelas serta nyata. Struktur organ pembiakan ini membantu di dalam pengelompokan spesimen kerana ia boleh dilihat dengan mata kasar. Sel pembiakan yang dihasilkan oleh organ pembiakan ini subur. Corak pembiakan bagi sesuatu kumpulan rumput laut penting dalam kajian taksonomi.
Rumput laut melakukan pembiakan dengan cara seksual ataupun aseksual. Pembiakan sebagian rumput laut adalah kompleks. Pembiakan akan membenarkan populasi rumput laut yang baru tersebar ke kawasan baru dan ini akan mengurangkan tekanan di kawasan lama yang padat. Ini akan memudahkan rumput laut tersebut menyesuaikan diri terhadap daerah yang sentiasa berubah.
a. Pembiakan Seksual
Di dalam pembiakan seksual, dua individu rumput laut yang berbeda akan membebaskan dua gamet masing-masing. Gamet-gamet ini akan membentuk generasi baru yang mengandungi sifat genetik daripada kedua induk. Gamet-gamet yang dihasilkan untuk pembiakan terdiri dari berbagai ciri. Isogami merupakan pencampuran dua gamet yang serupa dari segi ukuran dan bentuk. Jika kedua gamet berbeda dari segi bentuk dan ukuran yaitu pencampuran di antara ovum besar dan sperma kecil yang bergerak maka pencampuran disebut sebagai oogami.

b. Pembiakan Aseksual
Bagi kebanyakan spesies rumput laut, cara pembiakan aseksual lebih kerap berlaku daripada pembiakan seksual (Morris, 1967). Sebagian kecil daritalus yaitu serpihan talus boleh berkembang membentuk individu baru. Terdapat rumput laut yang menghasilkan berbagai jenis spora untuk pembiakan. Spora-spora ini mempunyai rintangan yang tinggi terhadap keadaan yang menyebabkan ia mampu tersebar jauh daripada induk asal dan berkecambah di kawasan baru tersebut (Fritsch, 1935). Ciri-ciri yang terdapat pada spora menyebabkan ia mempunyai daya tahan yang tinggi yaitu wujud dinding rintang yang berfungsi untuk melindungi spora. Sebagian spora mempunyai flagelum untuk pergerakan dan dikenali sebagai zoospora. Bagi spora yang tidak mempunyai flagelum dikenal sebagai aplanospora.

2.5 Habitat Rumput Laut.
Habitat rumpai laut adalah di sekitar pantai, di perairan laut serta di dalam laut. Ini termasuk juga kawasan yang berpasir, berbatu karang, berlumpur dan juga terdapat pada kulit kerang, pada kayu, pukat serta tumbuh atas rumputi laut lain sebagai epifit (Trainor, 1978). Substrat adalah tempat untuk rumput laut melekat daripada dihanyutkan oleh arus serta ombak yang kuat. Substrat terdiri dari benda hidup atau bukan hidup bergantung kepada jenis pelekap rumput laut. Contoh substrat ialah batu karang, tumbuhan laut, hewan laut atau dasar laut seperti lumpur dan pasir. Menurut Setchell (1926), rumput laut boleh tumbuh di atas batu (epilit), di dalam batu (endolit), di atas tumbuhan (epifit), di dalam tumbuhan (endofit), di atas hewan (epizoik), di dalam hewan (endozoik) atau di atas lumpur (pelopil). Taburan rumput laut di sesuatu habitat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antara faktor-faktor tersebut ialah cahaya, suhu, saliniti, interaksi di antara hewan dan tumbuhan serta ombak dan arus (Trainor, 1997).









BAB III
MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Jumat, 27 April dan 4 Mei 2007
Pukul : 16.00 – 17.00 dan 15.00 -16.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kelautan Terpadu Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP. Semarang

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
 Alat Tulis digunakan untuk menulis atau menggambar
 Kertas Bergaris digunakan untuk menggambar
 Penggaris digunakan untuk mengukur
 Buku identifikasi digunakan untuk membantu mengidentifikasi bahan sampel yang diamati
 Kaca pembesar digunakan untuk memperjelas pengamatan
 Loyang digunakan untuk wadah sample yang diamati

3.2.2 Bahan :
Beberapa jenis rumput laut yang ditemukan di laut, seperti : Padina austrlis, Euchema denticulatum, Caulerpa sertularioides, Halimeda macroloba, Udotea argentea, Sargassum duplicacum, Halimeda micronesica, Amphiroa fragillissima, Caulerpa racemosa, Turbinaria ornate, Acanthophora spicifera.
3.3. Metode/cara kerja
 Mengamati bahan sample rumput laut meliputi ciri-ciri dan morfologinya.
 Menggambar bahan sample rumput laut yang diamati, mencatat dan mengukur hal-hal yang perlu diukur.
 Mengidentifikasi jenis-jenisnya dan menentukan klasifikasinya.
 Mencatat sebagai laporan sementara






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Padina australis









Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Klas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Famili : Dictyotaceae
Genus : Padina
Spesies : Padina australis

Ciri – cirinya
 Berbentuk tali seperti kipas, membentuk segment lembaran tipis
 Substansinya gelatinous
 Warna coklat kekuningan
 Bagian atas lobus agak melebar
 Holfast berbentuk cakram kecil berserabut
4.1.2 Halimeda macroloba









Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Klas : Chlorophyceae
Ordo : Caurlepales
Famili : Halimedaceae
Genus : Halimeda
Spesies : Halimeda macroloba

Ciri – cirinya
 Segmen daun tebal
 Bentuk hampir seperti kipas
 Warna daun hijau pudar agak keputihan
 Menampakkan diri pada substrat dengan rhizoid
 Thalus berupa segmen ringan
 Substansinya Gelatinous



4.1.3 Eucheuma denticulatum











Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Klas : Chlorophyceae
Ordo : Caurlepales
Famili : Solieraceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma denticulatum

Ciri – cirinya
 Bentuk talus silindris
 Permukaan licin
 Cartilagenous berwarna colat tua
 Memiliki duri pada talus
 Ujung bercabangan meruncing
 Substansinya cartilagenous

4.1.4 Sargassum duplicatum











Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Klas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum duplicatum

Ciri – cirinya
 Mempunyai tubuh warna coklat
 Menyerupai tumbuhan berkosmus
 Melekat pada substrat dengan perantaraan alat pelekat
 Mempunyai bijih pada setiap daun
 Pada sumbu aksial dan cabangnya terdapat cabang lateral yang pertumbuhannya terbatas

4.1.5 Halimeda micronesica









Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Klas : Chlorophyceae
Ordo : Caurlepales
Famili : Halimedaceae
Genus : Halimeda
Spesies : Halimeda sp

Ciri – cirinya
 Pertumbuhan thali kompak
 Menjalar tinggi mencapai 10 cm
 Percabangan utama trochotomous
 Segmen lebar 7 mm, panjang 5 mm
 Berbentuk ginjal, kadang-kandang silindris
 Serabut berbentuk kecil
 Warna daun coklat tua


4.1.6 Caulerpa racemosa













Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Family : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Species : Caulerpa rasemosa
Ciri – cirinya
 Umumnya satu tangkai ada 9 bulatan
 Tubuh berbentuk pita yang tanpa sekat
 Berinti banyak
 Waran daun hijau kekuningan
 Substansinya gelatinus

4.1.7 Turbenaria decurrens











Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisio : Thallophyta
Class : Phaeophyta
Ordo : Turbenariales
Family : Turbenariaceae
Genus : Turbenaria
Species : Turbenaria decurrens

Ciri – cirinya
 Bentuk daun menyerupai kerucut segitiga atau corong
 Kandungan kima alginate dan iodine
 Warna daun merah kecoklatan
 Substansinya gelatinus



4.1.8 Acanthopora specifera











Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Acanthoporales
Family : Acanthoporaceae
Genus : Acanthopora
Species : Acanthopora specifera

Ciri – cirinya
 Memiliki cabang-cabang pada ujung
 Warna daun kecoklatan
 Mempunyai akar serabut
 Substansinya gelatinus



4..1.9 Udotea argentea









Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Klas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorophyceae
Famili : Udoteaceae
Genus : Udotea
Spesies : Udotea argentea

Ciri – cirinya
 Penanmpaknya hampir sama dengan Udotea flabellum
 Lembaran-lembaran thalinya agak melengkung
 berbentuk menyerupai buah pearatau bentuk ginjal
 Substansinya gelatinus





4.1.10 Amphiroa fragillissima









Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Klas : Chlorophyceae
Ordo : Caurlepales
Famili : Corrllinaceae
Genus : Amphiroa
Spesies : Amphiroa fragillissima

Ciri – cirinya
 Bentuk daun silindris dan mudah patah
 Warna daun coklat keputihan
 Bagian bawah berwarna kuning
 Tumbuh pada batu
 Substansinya keras seperti kapur




4.1.11 Caulerpa sertularioides










Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophiceae
Ordo : Siphonocladales
Famili : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caulerpa sertularioides

Ciri – cirinya
 Thalus membentuk stelon merambut
 Mempunyai akar penancap ke substrat
 Substansinya melekat pada permukaan karang
 Daun berwarna hijau kecoklatan
 Romuli timbul pada stelon antara penakaran
 Panjang romuli dapat mencapai 10 cm dengan persiripan kuranr lebih
0,5 cm dan romuli dapat bercabang

4.2 Pembahasan
4.2.1 Padina australis
Padina sp termasuk dalam divisi Phaeophyta, alga ini mempunyai ciri – ciri antara lain :
 Thalus ( daun ) berwarna coklat agak kuning, bentuknya berupa lembaran
 Bagian atas melebar.
 Tumbuhan ini tidak mempunyai cabang.
 Alat untuk menempel pada substrat adalah hold fast, biasanya menempel pada substrat yang keras seperti pada batu, kapur, dan terumbu.
 Mempunyai holfast berbentuk cakram kecil berserabut.

4.2.2 Halimeda macroloba
Halimeda macroloba termasuk dalam divisi Chlorophyta, alga ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
 Thalus ( daun ) tipis dan agak kasar berwarna hijau keputih – putihan, warna putih tersebut karena Halimeda menghasilkan zat kerak kapur.
 Thalusnya mempunyai percabangan.
 Hold fast berkapur dan menempel kuat pada substratnya.
 Substansinya cartilagenous.
 Mempunyai interval bervariasi, memiliki ruas-ruas thalus diantara lingkaran duri.

4.2.3 Eucheuma denticulatum
Eucheuma denticulatum termasuk dalam divisi Chlorophyta, alga ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
 Thalus ( daun ) membentuk stelon merambut dengan mempunyai akar penancap kesubstrat dan romuli timbul pada stelon antara penakaran.
 Daun berbentuk menyirip teratur rapat dan tipis dengan ujung romuli mendua arah.
 Substansinya cartilagenous.
 Panjang romuli dapat mencapai 10 cm dengan persiripan kurang lebih 0,5 cm dan romuli dapat bercabang.

4.2.4 Sargassum duplicatum
Sargassum duplicatum termasuk dalam divisi Phaeophyta, alga ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
 Memiliki thallus lembaran yang tipis dan memiliki permukaan yang kasar, berwarna coklat.
 Banyak kantung udara (bladder) di thalusnya yang menjadi ciri khas dari algae ini yang berfungsi untuk menempel pada substrat.
 tumbuh menempel pada batu di daerah terumbu, terutama di pinggir rataan terumbu.
 Memiliki daun bulat lonjong, pinggirnya bergerigi tebal dan duplikasi
 Pada sumbu aksial dan cabangnya terdapat cabang lateral yang pertumbuhannya terbatas.

4.2.5 Halimeda micronesica
Halimeda micronesica termasuk dalam divisi Chlorophyta, alga ini mempunyai antara lain :
 Halimeda memiliki thalus pipih dengan permukaan yang kasar dengan warna hijau keputihan, substansi berkapur, melekat pada substratnya.
 Terdapat percabangan pada thalusnya.
 Habitatnya adalah di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan setengah, pada pantai berbatu dan paparan terumbu, tetapi potongan-potongannya dapat tersapu ke bagian atas pantai setelah terjadi badai.
 Daun berbentuk ginjal, kadang-kadang silinder.
 percabangan dicotomus atau tricotomus.

4.2.6 Caulerpa racemosa
Caulerpa racemosa termasuk dalam divisi Chlorophyta, alga ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
 Memiliki tubuh pada dasarnya berbentuk seperti pipa panjang tanpa sekat melintang.
 Memiliki banyak inti sehingga tubuhnya terdiri dari satu sel saja.
 Habitatnya adalah di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan setengah, pada pantai berbatu dan paparan terumbu, tetapi potongan-potongannya dapat tersapu ke bagian atas pantai setelah terjadi badai.
 Substansinya gelatinus.

4.2.7 Turbenaria decurrens
Turbenaria decurrens termasuk dalam divisi Thallophyta, alga ini mempunyai cirri-ciri antara lain :
 Thalus berbentuk daun kerucut segitiga.
 Terdapat di daerah rataan terumbu bagian luar atau tempat yang terkena ombak secara langsung.
 Kandungan kimia alginate dan iodine.
 Bentuk daun menyerupai turbin yang letaknya berkelompok pada sumbu utama atau cabang-cabangnya.
 Alat pembiakan dibentuk dibagian ketiak cabangnya.
 Substansinya gelatinus

4.2.8 Acanthopora specifera
Acanthopora specifera termasuk dalam divisi Rhodophyta, alga ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
 Memiliki cabang-cabang pada ujung daun
 Warna daun hijau kecoklatan
 Mempunyai akar serabut
 Substansinya gelatinus. (Romimohtarto,2001)

4.2.9 Udotea argentea
Udotea argentea termasuk dalam divisi Chlorophyta, alga ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
 Penampakannya alga ini hampir sama dengan U.flabellum hanya lembaran-lembaran thallinya agak melengkung dan berbentuk menyerupai buah pear atau bentuk ginjal.
 Membentuk komunitas bersama dengan Udotea lainnya dan Halimeda, terutama di perairan laut sekitar Sulawesi.
 Habitatnya hidup di zona pasang surut yang berdasar pasir bercampur Lumpur.
 Merupakan alge asosiasi ada padang lamun. (Romimohtarto,2001)

4.2.10 Amphiroa fragillissima
Amhiroa fragillissima termasuk dalam divisi Chlorophyta, alga ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
 Thallus ( daun ) membentuk rumpun daun.
 Percabangan dichotomous bersegmen substansi, mudah patah, warna pirang atau krem.
 Tumbuh pada batu didaerah rataan pasir atau menempel pada substrat dasar di padang lamun. (Romimohtarto,2001)







4.2.11 Caulerpa sertularioides
Caulerpa sertularioides termasuk dalam divisi Thallophyta, alga ini mempunyai cirri-ciri antara lain :
 Thallus membentuk stolon merambat dengan mempunyai akar penancap ke substrat dan ramuli timbul pada stolon antara perakaran
 Berbentuk menyirip tertaur rapat dan tipis dengan ujung ramuli mendua arah.
 Warna hijau muda-hijau tua. Panjang ramuli dapat mencapai 3 cm
 Tumbuh merambat pada substrat batu atau pasir di berbagai mulai dari pinggir pantai rataan terumbu sampai ke sisi luar terumbu
 Jenis ini adalah umum di dapat dan memiliki sebaran tumbuh yang luas di perairan Indonesia. (Romimohtarto,2001)
















BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan :
1. Sea weed (rumput laut) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang belum bisa dikatakan sebagai tumbuhan yang sebenarnya karena antara akar, daun, dan batang belum jelas.
2. Flora yang mendominasi dan menjadi produsen primer pada daerah pesisir dan laut salah satunya adalah rumput laut (sea weed).
3.Berdasarkan kandungan figmen-figmen yang dikandungnya algae dikelompokkan jadi empat kelas utama yaitu sebagai berikut :
-Alga Merah (Rhodophyceae)
-Alga Coklat (Phaeophyceae)
-Alga Hijau Biru (Myxopyceae)
-Alga Hijau (Chlorophyceae).
4. Taburan rumput laut di suatu habitat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antara faktor-faktor tersebut ialah cahaya, suhu, saliniti, interaksi di antara hewan dan tumbuhan serta ombak dan arus.
5. Habitat rumput laut adalah di sekitar pantai, di perairan laut serta di dalam laut. Ini termasuk juga kawasan yang berpasir, berbatu karang, berlumpur dan juga terdapat pada kulit kerang, pada kayu, pukat serta tumbuh atas rumput laut lain sebagai epifit.
5.2 Saran
1. Para asisten harus banyak membantu praktikan terutama saat identifikasi agar saat mengidentifikasi tidak salah-salah terus.
2. Kelengkapan alat sebaiknya dilengkapi agar ilmu yang didapat lebih sempurna.
3. Waktu praktikum sebaiknya ditambah agar lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bold, H.C. and M.J. Wynne 1980. Introduktion to the algae. Structure and reproduction. Prentice-Hall, INC., Englewood Cliffs, New Jersey 07632 : 706 pp
Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta Djambatan
Nybakken,J. W. 1992 . Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia : Jakarta
Romimohtarto Kasijan-Sri Juwana. 2001. Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta.


















BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Juni 2007
Pukul : 08.00 WIB – Selesai
Tempat : Laboratorium Kelautan Teluk Awur Jurusan
Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Teluk Awur Jepara.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
 Alat Tulis digunakan untuk menulis atau menggambar
 Kertas Bergaris digunakan untuk menggambar
 Penggaris digunakan untuk mengukur
 Buku identifikasi digunakan untuk membantu mengidentifikasi bahan sampel yang diamati
 Kaca pembesar digunakan untuk memperjelas pengamatan
 Loyang digunakan untuk wadah sample yang diamati

3.2.2 Bahan :
Beberapa jenis rumput laut yang ditemukan di laut, seperti : Padina austrlis, Turbenaria decurrens , Sargasum crassitolium, Sargassum duplicacum, Sargasum polisistum, Turbinaria ornate.


3.3. Metode/cara kerja
 Mengamati bahan sample rumput laut meliputi ciri-ciri dan morfologinya.
 Menggambar bahan sample rumput laut yang diamati, mencatat dan mengukur hal-hal yang perlu diukur.
 Mengidentifikasi jenis-jenisnya dan menentukan klasifikasinya.
 Mengambil bahan sampel di laut menggunakan alat skin (snorkel, masker dan fin)
 Mencatat sebagai laporan sementara




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Padina austrlis









Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Klas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Famili : Dictyotaceae
Genus : Padina
Spesies : Padina australis

Ciri – cirinya
 Berbentuk tali seperti kipas, membentuk segment lembaran tipis
 Substansinya gelatinous
 Warna coklat kekuningan
 Bagian atas lobus agak melebar
 Holfast berbentuk cakram kecil berserabut

4.1.2 Turbinaria ornata










Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Klas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Famili : Dictyotaceae
Genus : Turbinaria
Spesies : Turbinaria ornata

Ciri – cirinya
 Pohon dengan tinggi 2-20 cm pada masa produktif
 Holdfast berbentuk kerucut atau tidak beraturan.
 Populasi tanaman ini umumnya terisolasi dan berkelompok dengan jumlah sedikit Rhizoid terdapat pada bagian atas di daerah intertidal.
 Da Warna daun coklat. unnya seperti corong dengan pinggir yang bergerigi
 Habitat dan persebarannya ada di perairan terumbu karang

4.1.3 Sargassum duplicacum











Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Klas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum duplicatum

Ciri – cirinya
 Mempunyai tubuh warna coklat
 Menyerupai tumbuhan berkosmus
 Melekat pada substrat dengan perantaraan alat pelekat
 Mempunyai bijih pada setiap daun
 Pada sumbu aksial dan cabangnya terdapat cabang lateral yang pertumbuhannya terbatas

4.1.4 Sargasum polisistum











Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Klas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum polisistum

Ciri – cirinya
 Daun lebih panjang dan jarang
 Mempunyai gelembung udara
 Tepi daun bersegi
 Akarnya tunggal
 Batangnya silindris
 Substratnya pecahan karang

4.1.5 Turbenaria decurrens










Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisio : Thallophyta
Class : Phaeophyta
Ordo : Turbenariales
Family : Turbenariaceae
Genus : Turbenaria
Species : Turbenaria decurrens

Ciri – cirinya
 Bentuk daun menyerupai kerucut segitiga atau corong
 Kandungan kima alginate dan iodine
 Warna daun merah kecoklatan
 Substansinya gelatinus




4.1.6 Sargasum crassitolium












Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Klas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum crassitolium

Ciri – cirinya
 Daun agak panjang dan lebar
 Batangnya silindris
 Akar tunggal
 Wanra daun cokalat muda
 Substrat pecahan karang
 Kedalaman 1 meter
4.2 Pembahasan
4.2.1 Padina australis
Padina sp termasuk dalam divisi Phaeophyta, alga ini mempunyai ciri – ciri antara lain :
 Thalus ( daun ) berwarna coklat agak kuning, bentuknya berupa lembaran
 Bagian atas melebar.
 Tumbuhan ini tidak mempunyai cabang.
 Alat untuk menempel pada substrat adalah hold fast, biasanya menempel pada substrat yang keras seperti pada batu, kapur, dan terumbu.
 Mempunyai holfast berbentuk cakram kecil berserabut. (Romimohtarto,2001)

4.2.2 Turbinaria ornata
Turbinaria ornata termasuk dalam divisi Phaeophyta, alga ini mempunyai ciri – ciri antara lain :
 Pohon dengan tinggi 2-20 cm pada masa produktif. Mata pisau berbentuk kerucut, keras tebal.
 Holdfast berbentuk kerucut atau tidak beraturan.
 Populasi tanaman ini umumnya terisolasi dan berkelompok dengan jumlah sedikit Rhizoid terdapat pada bagian atas di daerah intertidal
 Pada umumnya berwarna coklat kekuning-kuningan sampai dengan coklat gelap.
 Habitat dan persebarannya ada di perairan terumbu karang. Kandungan kimia alginate dan iodine. (Romimohtarto, 2001)





4.2.3 Sargassum duplicacum
Sargassum duplicatum termasuk dalam divisi Phaeophyta, alga ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
 Memiliki thallus lembaran yang tipis dan memiliki permukaan yang kasar, berwarna coklat.
 Banyak kantung udara (bladder) di thalusnya yang menjadi ciri khas dari algae ini yang berfungsi untuk menempel pada substrat.
 tumbuh menempel pada batu di daerah terumbu, terutama di pinggir rataan terumbu.
 Memiliki daun bulat lonjong, pinggirnya bergerigi tebal dan duplikasi
 Pada sumbu aksial dan cabangnya terdapat cabang lateral yang pertumbuhannya terbatas. (Romimohtarto, 2001)

4.2.4 Sargasum polisistum
Sargasum polisistum termasuk dalam divisi Phaeophyta, alga ini mempunyai ciri-ciri antara lain :
 Daunnya lebih panjang dan jarang
 Mempunyai gelembung udara
 Tepi daun bersegi
 Akarnya tunggal dan batangnya silindris
 Warna daun coklat muda
 Tumbuh pada pecahan karang(Romimohtarto, 2001)

4.2.5 Turbenaria decurrens
Turbenaria decurrens termasuk dalam divisi Thallophyta, alga ini mempunyai cirri-ciri antara lain :
 Thalus berbentuk daun kerucut segitiga.
 Terdapat di daerah rataan terumbu bagian luar atau tempat yang terkena ombak secara langsung.
 Kandungan kimia alginate dan iodine.
 Bentuk daun menyerupai turbin yang letaknya berkelompok pada sumbu utama atau cabang-cabangnya.
 Alat pembiakan dibentuk dibagian ketiak cabangnya.
 Substansinya gelatinus(Romimohtarto, 2001)

4.2.6 Sargasum crassitolium
Sargasum crassitolium termasuk dalam divisi Thallophyta, alga ini mempunyai cirri-ciri antara lain :
 Daun agak pangjang dan lebar
 Daun bergelombang dan batangnya silindris
 Akarnya tunggal
 Warna daun coklat muda
 Habitatnya banyak ditemukan pada pecahan karang
 Ditemukan dikedalaman 1 meter. (Romimohtarto, 2001)














BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

 Sea weed (rumput laut) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang belum bisa dikatakan sebagai tumbuhan yang sebenarnya karena antara akar, daun, dan batang belum jelas
 Beberapa jenis rumput laut yang ditemukan di laut, seperti : Padina austrlis, Turbenaria decurrens , Sargasum crassitolium, Sargassum duplicacum, Sargasum polisistum, Turbinaria ornate.

5.2 Saran
Jalannya praktikum lebih terkoordinasi dengan baik, terutama saat praktikum dilapang. Karena ini menentukan kesuksesan praktikum.















DAFTAR PUSTAKA

Bold, H.C. and M.J. Wynne 1980. Introduktion to the algae. Structure and reproduction. Prentice-Hall, INC., Englewood Cliffs, New Jersey 07632 : 706 pp
Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta Djambatan
Nybakken,J. W. 1992 . Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia : Jakarta
Romimohtarto Kasijan-Sri Juwana. 2001. Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta.

LAPORAN LAMUN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Banyak daerah di laut dangkal yang diliputi oleh tumbuhan “rumput” air yang lebat, yang secara umum disebut rumput-rumputan laut (lamun). Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi untuk hidup terendam di dalam air laut.
Lamun (sea grass), atau disebut juga ilalang laut merupakan satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput didarat, mereka mempunyai tunas berdaun tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut yang lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah, dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk menghangkut gas dan zat-zat hara.
Banyak daerah di dasar laut-dangkal yang diliputi oleh tumbuhan “rumput” air yang lebat, yang secara umum disebut rumput laut. Rumput laut merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi untuk hidup terendam di dalam air laut.
Lamun sangat berperan dalam ekosistemnya yaitu dalam hal dapat menstabilkan garis pantai karena lamun ini memiliki akar yang terjalin dengan kuat sehingga dapat menstabilkan substrat yang ada agar tidak cepat tererosi oleh arus maupun gelombang air laut.Selain itu juga fungsinya dalam mempertahankan kehidupan dari biota-biota laut seperti ikan dalam bentuk juvenille karen lamun ini berfungsi dalam hal nursery ground, feeding ground, dan spawning ground.




1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengamati, mempelajari komponen-komponen ekologi yang terdapat pada ekosistem padang lamun (sea grass).
2. Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui morfologi luar lamun.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masing-masing lamun yang ada dengan bantuan buku identifikasi.
4. Mahasiswa dapat membedakan dan menunjukkan berbagai jenis lamun berdasarkan spesiesnya.

1.3 Manfaat Praktikum
Setelah melakukan praktikum Botani Laut “Lamun (sea grass)”, mahasiswa diharapkan telah dapat memahami dan menjelaskan morfologi dan anatomi organisme-organisme lamun (sea grass) serta mampu mengklasifikasi dalam susunan yang benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Menurut Nybaken (1988), biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g karbon/m2/hari. Oleh sebab itu padang lamun merupakan lingkungan laut dengan produktifitas tinggi.
Lamun atau sea grass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lngkungan laut dan hidup di perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berkembang biak. Lamun berbunga, berbuah, dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara
Terdapat 4 hal ciri-ciri lamun
1. Toleransi terhadap kadar garam lingkungan.
2. Tumbuh pada perairan yang selamanya terendam.
3. Mampu bertahan dan mengakar pada lahan dari hempasan ombak dan arus.
4. Menghasilkan polinasi hydrophilous ( benang sari yang tahan terhadap kondisi perairan )
( Nybaken, 1988)
Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum Dari beberpa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung dan Lombok. Begitu pula Halophila decipiens baru ditemukan di Teluk Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru.
Ekologi
Secara ekologi, kebun lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan sumber utama produktivitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme (dalam bentuk detritus). Selanjutnya mereka berfungsi menstabilkan dasar-dasar lunak dimana kebanyakan spesies tumbuh, terutama dengan sistem akar yang padat dan saling menyilang. Penstabilan dasar olah akar ini sangat kuat dan mampu bertahan dalam badai topan sekalipun. Sebaliknya, sistem ini dapat melindungi banyak organisme. Jadi terdapat banyak hewan umum yang dijumpai di kebun lamun, tetapi tidak berhubungan dengan tingkatan makanan secara langsung. Kebun lamun berperan juga sebagai tempat pembesaran bagi banyak spesies yang menghabiskan waktu dewasanya di lingkungan lain.
Kebun lamun juga berlaku sebagai perangkap sedimen dan selanjutnya membentuk dasar. Jika pertumbuhannya mencapai permukaan, daun yang mengapung mematahkan kekuatan ombak, dan dengan demikian membentuk habitat yang berair tenang di bawahnya.
Komposisi dan Distribusi
Menurut den Hartog (1977), rumput laut / lamun diseluruh dunia hanya mencakup sekitar 50 spesies. Ini adalah yang terkecil dibanding dengan kepentingan ekologinya.
Kebanyakan spesies lamun mempunyai morfologi luar yang secara kasar hampir serupa. Mereka mempunyai daun-daun yang panjang, tipis, dan mirip pita yang mempunyai saluran-saluran air, serta bentuk pertumbuhannya monopodial. Tumbuhan ini tumbuh dari rizoma yang merambat. Jika dibandingkan dengan tumbuhan perairan tawar, jumlah spesies lamun lebih sedikit dan ragam morfologinya juga lebih sedikit.
Lamun terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 50 atau 60 m. Namun mereka tampak sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesiesnya lebih banyak terdapat di daerah tropik. Semua tipe substrat dihuni oleh lamun ini. Mulai dari lumpur encer sampai batu-batuan, tetapi kebun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak.tersebut. Jika dilihat dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka boleh dikatakan ekosistem lamun terletak di antara 2 ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Dengan letak yang berdekatan dengan 2 ekosistem pantai tropik tersebut, ekosistem lamun tidak terisolisasi atau berdiri sendiri tetapi berinteraksi dengan kedua ekosistem
Dalam ekosistem lamun, rantai makanan terusun dari tingkat-tingkat trofik yang mencakup proses dan pengangkutan detritus organik dari ekosistem lamun ke konsumen yang agak rumit. Sumber bahan organik bersal dari produk lamun itu sendiri, di samping tambahan dari epifit dan alga makrobentos, fitoplankon dan tanaman darat. Zat organik dimakan fauna melalui perumputan (grazing) atau pemanfaatan detritus.
Lamun biasanya terdapat dalam julah yang melimpah dan sring membentk padang lamun yang lebat dan luas di perairan tropik. Sifat-sifa llingkungan pantai, terutama dekat estuari, cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan lamun. Namun seperti halnya mangrove, lamun juga hidup di lingkungan yang sulit. Pengaruh gelombang, sedimentasi, pemanasan air, pergantian pasang dan surut dan curah hujan, semuanya harus di hadapi dengan gigih dengan penyesuaian-penyesuaian secara morfologik dan faal.
Penyesuaian secara morfologik dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya daun yang seperti rumput, lentur dan sistem akar dari rimpag yang meluas mampu berthan terhadap pengaruh ombak, pasut dan perpindahan sedimen du habitat pantai yang dangkal. Lamun yang hidup di periran yang sering terkena pemanasan yang intensif sehingga suhu air meninggi lebih banyak berupa varietas yang berdaun kecil.
(Romimohtarto, 2001)
Penyesuaian faal atau perilaku ditunjukkan oleh tiga jenis lamun, lamun tropika, benang, bergigi, dan lamun sendok kecil. Masing-masing jenis mempunyai dua varietas yakni :
a. Varietas dengan kisaran toleransi yang kecil (stenobiontik) terhadap panjangnya sang, pasut, curah hujan, dan sushu.
b. Varietas dengan kisaran toleransi yang lebar (euribiontik) terhadap faktor-faktor tersebut diatas.
Varietas stenobiontik dari lamun tropika ini sifatnya musiman, brdaub sempit dan tipis serta tumbuhnya jarang, umumnya hidup pad bagian antar-pasut dari terumbu karang terbuka. Varietas euribiontik, sebaliknya, terdapat sepanjang tahun dengan daun yang lebar dan tebal. Varietas ini hidup padat di bawah surut terendah dari suatu teluk terlindung.
Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumnbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya.
( Bengen, 1999 )
Lamun tumbuh bertahun-tahun, rimpangnya tumbuh memanjang dan membentuk pasangan-pasangan daun dan akar baru. Kadang-kadang ia membentuk komunitas yang lebat sehingga merupakan padang lamun (sea grass bed) yang cukup luas. Padang lamun mempunyai produktifitas organik yang sangat tinggi. Di situ terdapat macam-macam biota laut seperti Crustacea, Molusca, cacing dan juga ikan. (Romimohtarto,1999).
Di samping sebagai tempat mencari makan dan memijah, padang lamun juga dapat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan gelombang (sebagai peredam gelombang) sehingga perairan di sekitarnya tenang. Hal ini menyebabkan substrat di bawah padang lamun menjadi lebih stabil. Oleh karena itu, padang lamun disukai oleh organisme-organisme yang lain karena digunakan sebagai tempat berlindung bagi larva-larva yang baru menetas dari arus maupun berlindung dari sinar matahari.
Ada 58 jenis lamun di dunia dan 12 jenis diantaranya telah ditemukan di Indonesia, yaitu Sryngodium isoetifolium, Halophila ovalis, Halophila spinulosa, Halophila minor, Halophila decipiens, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Thalasodendron ciliatum, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides.
Ada tiga marga yang paling banyak dijumpai di perairan pantai, yaitu Halophila ovalis, yang terdapat di pantai pasir, di paparan terumbu, dan di dasar perairan lumpuran dari paras pasut rata-rata pada pasut purnama, memberikan lingkungan yang cocok bagi pelekatan alga. Di perairan laut mereka membentuk tajuk (canopy). Sedangkan bunganya berkelamin tunggal dan soliter. (Romimohtarto, 2001)
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada padang lamun ada berbagai penghuni tetap ada pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan yang datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah ataumengasuh anaknya seperti ikan. Selain itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii
(Nontji, 1987)
Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna.
Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan mencari makann di padang lamun ini.
Ekosistem padang lamun yang memiliki produktivitas yang tinggi, memiliki peranan dalam sestem rantai makanan khususnya pada periphyton dan epiphytic dari detritus yang dihasilkan dan serta lamun mempunyai hubungan ekologis dengan ikan melalui rantai makanan dari produksi biomasanya.
(Nontji, 1987)
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada padang lamun ada berbagai penghuni tetap ada pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan yang datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau mengasuh anaknya seperti ikan. Selain itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan Thalassia hemprichi. (Nontji, 1987)
Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna.
Pada padang lamun ini hidup berbagai macam spesies hewan, yang berassosiasi dengan padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang berassosiasi dengan beberapa jenis ikan. Di teluk Ambon di temukan 48 famili dan 108 jenis ikan. Di Teluk Ambon ditemuklan 48 famili dan 108 jenis ikan adalah sebagai penghuni lamun, sedangkan di Kepulauan Seribu sebelah utara Jakarta di temukan 78 jenis ikan yang berassosiasi dengan padang lamun. Selain ikan, sapi laut dan penyu serta banyak hewan invertebrata yang berassosiasi dengan padang lamun, seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis, Strombus, teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus doratum) yang ditemukan di Florida selatan (Nybakken, 1988),Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan mencari makann di padang lamun ini. (Nontji, 1987)

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan 2 kali pada :
Waktu :
 Hari/Tanggal : Jumat,
Pukul :
Tempat : Laboratorium Kelautan Terpadu Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro Semarang.
 Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Juni 2007
Pukul : 08.00 WIB – Selesai
Tempat : Laboratorium Kelautan Teluk Awur Jurusan
Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Teluk Awur Jepara.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
 Alat Tulis digunakan untuk menulis dan menggambar sample
 Alat skin (snorkel, masker, fin) untuk mengambil bahan sampel di laut
 Kertas Bergaris digunakan untuk menggambar
 Penggaris untuk mengaris dan mengukur sampael
 Buku identifikasi : untuk membantu mengidentifikasi bahan sampel yang diamati

3.2.2 Bahan :
Beberapa jenis lamun yang ditemukan di laut, seperti : Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Cymodocea srrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Halodule uninervis.

3.3. Metode/cara kerja
 Mengamati bahan sample lamun meliputi ciri-ciri dan morfologinya.
 Menggambar bahan sample lamun yang diamati, mencatat dan mengukur hal-hal yang perlu diukur.
 Mengidentifikasi jenis-jenisnya dan menentukan klasifikasinya.
 Mengambil bahan sampel di laut menggunakan alat skin (snorkel, masker dan fin)
 Mencatat sebagai laporan sementara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Cymodocea rotundata


Taksonomi

Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Posidonioidea
Sub famili : Cymodoceoideae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea rotundata

Ciri-cirinya

 Ujung daun bulat dan halus
 Daun membujur
 Daun menjepit ke bagian dalam
 Akar serabut
Enhalus acoroides


Cymodocea serrulata



Taksonomi

Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Hydrocharitaceae
Sub famili : Hydrocharitoideae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides





Taksonomi

Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Cymodoceae
Sub famili : Cymodoceoideae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea
serrulata
Ciri-cirinya

 Memiliki rimpang
 Akar serabut
 Daun kuat dan membujur
 Panjang daun 46,5 cm




Ciri-cirinya

 Bentuk daun seperti pita
 Ujung daun bergerigi
 Warna daun hijau
 Akar serabut
Sryngodium isoetifolium




Taksonomi

Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Potamogetonaceae
Sub famili : Posidonioidea
Genus : Sryngodium
Spesies : Sryngodium
isoetifolium

Ciri-cirinya

 Ujung daun seperti jarum
 Akar serabut
 Warna daun hijau kekuningan
 Batangnya beruas-ruas

Halophila ovalis

Taksonomi

Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Hydrocharitaceae
Sub famili : Halophiloideae
Genus : Halophila
Spesies : Halophila ovalis

Ciri-cirinya

 Daun bulat lonjong, bentuk seperti telur
 Tulang daun 10-14 cm
 Akar tunggang
 Tulang daun menyirip

Halodule uninervis



Taksonomi

Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Potamogetonaceae
Sub famili : Haloduloideae
Genus : Halodule
Spesies : Halodule uninervis
Ciri-cirinya

 Ujung daun seperti tanduk
 Bentuk kecil dan panjang
 Akar serabut


4.2 PEMBAHASAN

4.2.1. Cymodocea rotundata
Cymodocea rotundata merupakan kelas dari Angiospermae. Tumbuhan ini terdiri atas beberapa helai daun dalam tiap bonggolnya di dalam leaf sheat.. Daunnya berwarna hijau, sempit dan tipis, tetapi lebih tipis daripada Enhalus. Lebar daun kurang lebih 4 mm. Ujung daunnya halus (licin). Pada rhizomnya terdapat ruas-ruas yang agak jarang, dengan akar yang tidak banyak pada setiap ruasnya. (Romimohtarto, 2001)

4.2.2. Enhalus acoroides
Enhalus acoroides merupakan kelas dari Angiospermae. Struktur tanaman ini terdiri dari daun-daun yang panjang dan pipih kaku seperti kulit (leathary linear) atau seperti ikat pinggang yang kasar (coarse strap shape), berwarna hijau dalam pelepah bonggol (leaf sheat). Batangnya mempunyai serabut-serabut hitam yang kaku. Tumbuhan perdu bawah air ini memiliki akar yang kuat yang tumbuh mendatar di dalam substrat yang berupa pasir atau lumpur yang halus. Tumbuhan ini terdapat di bawah air surut rata-rata pada pasut purnama pada dasar pasir lumpuran. Mereka tumbuh subur di bawah tempat terlindung di pinggir bawah dari mintakat pasut dan di batas atas mintakat bawah lithoral. (Romimohtarto, 2001)

4.2.3. Cymodocea serrulata
Cymodocea serrulata merupakan kelas dari Angiospermae. Ciri morfologisnya hampir sama dengan Cymodocea rotundata, hanya perbedaannya terdapat pada tepi daunnya. Pada C. rotundata , tepi daunnya halus (licin), sedangkan pada C. serrulata tepi daunnya kasar (bergerigi).
(Romimohtarto, 2001)

4.2.4 Sryngodium isoetifolium
Sryngodium isoetifolium merupakan kelas dari Angiospermae. Lamun jenis ini mempunyai bentuk daun yang panjang dan kecil silindris seperti lidi dengan ujung daun runcing. Daunnya berwarna hijau dan terdiri dari beberapa helai pada tiap-tiap tegakan. Akarnya serabut dan terdapat ruas-ruas pada tiap tegakan. (Romimohtarto, 2001)

4.2.5. Halophila ovalis
Halophila ovalis merupakan kelas dari Angiospermae. Lamun ini lain daripada yang lain, karena mempunyai daun yang tidak panjang, tetapi bentuk daunnya bulat panjang seperti telur atau pisau wali. Dalam tiap ruas rhizomnya terdapat beberapa pasangan daun dengan satu daun pada tiap tegakan. Lebar daun 10 mm dan panjangnya berkisar antara 10-40 mm. Pada daunnya terdapat beberapa pasang tulang daun yang menyirip. (Romimohtarto, 2001)

4.2.6 Halodule uninervis
Halodule uninervis merupakan kelas dari Angiospermae. Lamun jenis ini memiliki ciri-ciri batang dan daunnya terlihat jelas, pada akarnya terdapat ruas-ruas dan tiap beberapa ruas terdapat akar yang serabut. Pada daun terdapat leaf sheat yang tidak bertandan-tandan. Pada tiap tegakan terdapat 2-4 helai daun yang berwarna hijau dan panjangnya kurang lebih 6-7 cm. Daunnya seperti pita tetapi tidak lebar. Ujung daunnya rata dan tepi daunnya halus. Lamun ini tumbuh di substrat pasir yang lunak. (Romimohtarto, 2001)

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan :
1. Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang termasuk dalam divisi Anthophyta
2. Lamun telah mempunyai akar, batang dan daun.
3. Lamun hidup di daerah yang selalu terendam air dan mampu melakukan penyerbukan di bawah air.
4. Beberapa hal yang dapat membedakan spesies pada lamun antara lain bentuk daun, jumlah lembaran daun dalam tiap bonggol, tepi daun, akar, subtrat dan lain-lain.
5. Dari hasil pengamatan, ditemukan ada enam jenis lamun yang terdapat di perairan pantai Ujung Piring, yaitu Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Cymodocea srrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Halodule uninervis.

5.2 Saran
1. Saat melakukan pengamatan, praktikan diharapkan lebih serius dalam mengamati, apalagi waktu melakukan identifikasi lamun.
2. Saat mengidentifikasi perlu diperhatikan kecermatan dalm mencocokkan sampel yang ada pada buku identifikasi.
3. para asisten harusnya lebih membantu dan lebih mengawasi para praktikan dalam perlakuan percobaan.




DAFTAR PUSTAKA
.
Bengen,D.G. 2001. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Instititut Pertanian Bogor.
Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta Djambatan
Nybaken,J.W. 1988. Biologi Laut suatu pendekatan ekologis. Gramedia, Jakarta.
Romimohtarto Kasijan-Sri Juwana. 2001. Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta.


Klasifikasi lamun ( sea grass ) adalah sebagai berikut :
Divisi : Anthophyta
Klas : Angiospermae
Subklas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Potamogetonaceae
Hydrocharitaceae
Sub famili : Zosteroideae
Genus : Zostera ( 11 spesies )
Sub genus : Zostera ( 4 spesies )
Z. marina
Z. caespitosa
Z. caulescens
Z. asiatica Miki
Sub genus : Zoterella ( 7 spesies )
Z. capricorni
Z. micronata
Z. muelleri
Z. capensisi
Z. novazelandika
Z. nolti
Z. japonica
Genus Heterozostera ( 1 spesies ) : H. tasmanica
Genus Phyllospadix ( 5 spesies )
P. torreyi
P. scauleri
P. serrulatus
P. iwatensis
P. japonikus
Famili : Posidiniaceae
Genus : Posidonia ( 9 spesies )
P. oceanioa
P. abngustifolia
P. australis
P. osienfeldii
P. coriacea
P. denhartogii
P. kirkmanii
P. robertsonae
Sub famili : Cymodoceoideae
Genus : Holodule ( 7 spesies )
H. pinifolia
H. uninervis
H. beaudettei
H. wrightii
H. bermudensis
H. ciliate
H. brasiliensis
Genus : Cymodocea ( 4 spesies )
C. angustata
C. ronmdala
C. nodosa
C. serrulata
Genus : Syringodium ( 2 spesies )
S. isoetifolium
S. filiforme

Genus : Amphibolis ( 2 spesies )
A. antartica
A. griffithii
Genus : Thalassodendron ( 2 spesies )
T. ciliatum
T. pachyrrizum
Famili : Hydrocharitacheae
Sub famili : Hydrocharitacheae
Genus : Enhalus
Sub famili : Thalassiodeae
Genus : Thalassia ( 2 spesies )
T. hempricii
T. testudinum
Sub famili : Halophiloideae
Genus : Halophila ( 8 spesies )
H. decipiens
H. australis
H. desipiens
H. ovalis
H. minor
H. hawaiiana
H. stipulacea
H. johnsonii

Selasa, 27 Desember 2011

Pengantar Teknologi Informasi AI (Artificial Intelligence)

Pengantar Teknologi Informasi
AI (Artificial Intelligence)

Artificial Intelligence
• Apakah Artificial Intelligence
Cabang Science yang membantu komputer untuk mencari solusi dari masalah rumit dengan algoritma yang berkarakter human intelligence.
AI adalah Computer Science, yang sangat erat terkait dengan Maths, Psychology, Cognition, Biology and Philosophy.

• Mengapa AI ?
– Komputer sangat baik untuk melaksanakan komputasi mekanikal atas perintah program,hal ini memungkinkan mesin artifisial untuk melakukan pekerjaan mudah yang monoton [di mana manusia tidak mau melakukannya]
efficiently & reliably.

• Dalam bidang apa AI dipakai ?
–    AI dapat dipakai antara lain Pattern Recognition ==> Artificial Life, termasuk Evolutionary Computation and Planning.

• Siapa pemakai utama AI & untuk apa ?
– Militer untuk autonomous control & identifikasi target.
– Industri entertainment [games dan robots].
– Rumahsakit untuk diagnosa penyakit & telemedicine.
– Bank
– Perusahaan asuransi untuk prediksi customer behaviour & mengamati   kecenderungan usaha.

• Kategori
– Thinking humanly
• cognitive modelling approach [pendekatan psikologi].
– Acting humanly
• natural language processing; knowledge representation; automated reasoning ; machine learning.
– Thinking rationally
• laws of thought approach [pendekatan logikal]
– Acting rationally
• rational agent approach [to achieve one’s goals, given one’s goals].


Multimedia
• Apa multimedia ?
– Medium ~ segala data text, digitized voice, digitized video, digitized images,and graphics.
– Multimedia ~ kombinasi  >= 2 media.

• Mengapa multimedia ?
– Manusia mempunyai kemampuan natural untuk memahami multimedia yang datangnya serentak.

• Apa sistem multimedia (SM)?
– Sistem yang mampu untuk processing, storage, generation, manipulation, and interpretation of multimedia information.

• Perangkat SM
– Capture devices: recorder, mouse, keyboard, ..
– Storage devices: disk [floopy, hard], CD.
– Communication networks.
– Computer systems
– Display & audio devices.

• Tipe SM
– Standalone [PC]
– Peer-to-peer / dedicated
– Highspeed WAN

Multimedia
• Klasifikasi
– Multimedia DB system
– Multimedia presentation system
– Multimedia conferencing system
• Teknologi terkait
– Carrier [optical fiber based], switching [ATM, FDDI, ..], protocol, application [user friendly interface], sensor-coding-compression, database,
   software [distributed, parallel], computation [HW], system integration [kombinasi].

Simulasi
• Apa simulasi ?
–  proses perancangan sebuah model dari sebuah real system & mengarahkan percobaan dengan model tersebut dengan maksud untuk memahami / menghevaluasi sifat sistem tersebut.

• Apa model ?
– representasi sekelompok objek / ideas dalam bentuk lain dibandingkan sistem sebenarnya.
– Pengertian real digunakan in the sense of in existence.

• Apa pemodelan simulasi ?
– Mendeskripsikan sifat sistem.
– Mengembangkan teori-teori / hipotesa-hipotesa yang berkaitan erat dengan sistem yang diamati.
– Menggunakan teori untuk memprediksi sifat yad.

• Fungsi model ?
– Alat bantu untuk : berfikir, komunikasi, pelatihan, prediksi, percobaan.

• Klasifikasi model simulasi
– statis (cross-section) vs dinamis (time-series)
– deterministik vs stokastik [probabilistik]
– diskrit vs tak terputus [continuous]
– iconic vs analog vs symbolic

• Struktur model ?
– components, variables, parameters, functional relationships, constraints,  criterion functions.

• Apa kriteria model simulasi yang baik ?
– Simple to understand, purpose directed, robust, easy to control & manipulate, complete, adaptive, evolutionary [start simply & become
   complex].

• Proses simulasi
– System definition, model formulation, data preparation, model translation, validation, strategic planning, tactical planning, experimentation, interpretation, implementation, documentation.